KESAN DAN PESAN KETIKA MAPABA DAN BERGABUNG DENGAN PMII
(Rayon Abu Nawas, Komisariat Institut Pesantren Babakan)
Oleh: Siti Mutamimah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahi rabbil ‘aalamin, wabihii nasta’iin wa ‘alaa umuurid dunya wad diin, wasshalaatu wassalaamu ‘alaa asyrafil anbiyaa’i wal mursaliin, Sayyidina wa Maulana Muhammadin, wa ‘alaa aalihi wa ashaabihi ajma’in. Amma ba’du.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadi bagian dari keluarga besar PMII. Selama bergabung, banyak hal berharga yang saya pelajari, baik dalam hal keorganisasian, keperempuanan, maupun nilai-nilai keislaman dan kebangsaan yang menjadi dasar perjuangan PMII.
Dengan senang hati, saya ucapkan banyak terimakasih kepada panitia dan sahabat-sahabat seperjuangan. Sungguh, bagi saya, MAPABA menjadi hari yang cukup berkesan. Sebab, disana saya disuguhkan sebuah ruang untuk mendengarkan, menyimak, memahami dan bertukar pikiran. Saya bertemu dengan bermacam-macam individu yang memiliki karakter yang sangat beragam, unik bin ajaib. Selain itu, saya juga diajak untuk mendayung perahu dalam upaya mengarungi samudera pengetahuan melalui dialektika yang tercipta.
Materi yang disampaikan di MAPABA, mempertemukan saya pada satu konklusi, yakni pentingnya menyelaraskan hidup sebagai hamba, manusia, dan pemimpin. Sebagai hamba Allah yang menempuh dermaga aswaja, kita harus memiliki pengetahuan, pemahaman yang komprehensif mengenai bidang teologi, fiqih, tasawuf yang dianut aswaja, dan kesadaran untuk mengimplementasikannya guna menuju dan meraih ridha sang pencipta. Sebagai manusia yang hidup di bumi dengan kemajemukan yang menyelimuti, dengan alam yang kita huni, haruslah kita memiliki kesadaran penuh untuk menjaga hubungan dengan manusia dan semesta, dengan cara hidup menjadi individu yang tawassut, tasamuh, tawazun, dan I’tidal. Sebagai pemimpin di bumi, kita harus mampu menaklukan nafsu yang senantiasa menjerumuskan kita pada ketidak ridhahan nya, kita harus mampu mengelola, memanfaatkan, dan menjaga bumi serta seluruh isinya untuk kemaslahatan bersama.
Setelah melewati MAPABA, saya di baiat dan mulai melangkah memasuki gerbang PMII. Disana saya disambut dengan kehangatan para anggota dan kader-kader yang luar biasa. Pada minggu pertama, saya mulai berbincang dengan para kadernya, saat itu tepatnya di depan secre saya diberi jamuan yang cukup menyegarkan akal, yang tak lain adalah ruang diskusi yang penuh kritik dengan gaya bahasa satire yang cukup menggelitik, namun tak lupa pada esensinya yakni bertujuan untuk menciptakan pribadi yang merdeka, dan akal yang jauh dari belenggu pikiran yang menyesatkan.
Jika kesan ini saya ceritakan secara holistik, sepertinya tidak akan behenti pada sepuluh halaman, atau bahkan bisa menjadi sebuah buku tersendiri. Oleh karena itu, saya akan beranjak dari kesan menuju pesan yang semoga bisa direalisasikan bersama-sama.
Mengingat wejangan almarhum Ayah saya, beliau pernah berkata:
“pitik, ono pakan, mati kaliren sebab ndak mau notol. Rugi sanget.”
Maksudnya, ada anak yang kelaparan, disampingnya ada makanan, tapi dia mati konyol karena tidak mau memakan makanan tersebut. Hal ini adalah analogi dari manusia yang memilih untuk menjadi bodoh padahal disekitarnya diselimuti dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi disekitarnya, karena malas (tidak mau belajar dan berliterasi) itu orang yang sangat merugi. Berangkat dari kalimat tersebut saya berpesan pada diri sendiri pun pada sahabat-sahabat perjuangan, semoga kita tidak menjadi orang yang merugi itu. Semesta dikelilingi dengan kuintiliun tanda tanya, oleh karena itu, membaca, berpikir, pahami, amalkan dan sampaikan. Semoga kita semua sebagai anggota dan kader PMII senantiasa menghidupkan dan mengimplementasikan trilogi, trimoto, tri komitmen, dan tri khidmah yang ideal itu. Juga selalu menghidupkan suasana diskusi dan dialektika yang senantiasa menyegarkan akal dan jiwa.
Satu kalimat terakhir, yang semoga bisa kita implementasikan bersama. Ayah saya pernah berkata:
“Setiap nafas yang berhembus adalah umur, setiap nafas yang berhembus adalah modal hidup, setiap nafas yang berhembus adalah intan berlian yang bilamana setiap hembusannya dibarengi dengan perkara yang menghasilkan ridho nya”
Semoga kita semua selalu selalu diberi kekuatan dan senantiasa menyadari setiap hembusan nafas itu dan membersamainya dengan hal-hal yang bermanfaat. Terima kasih PMII, terima kasih para sahabat-sahabat seperjuangan.
Tumbuh subur PMII, salam pergerakan.
-Cirebon, 04 Mei 2025-
0 Comments
BACABARU: Tips mendapatkan profesi yang dibutuhkan, meningkatkan keterampilan / hobi dan pekerjaan baru yang relevan